Salam Sukses Selalu, bagi Anda pembaca blog ini...

Jumat, 21 Mei 2010

Rahasia Tidur Orang** Sholih

Judul Buku : Rahasia Tidur Orang-Orang Sholih.
Pengarang : Abu Hudzaifah
Pendahuluan
Latar belakang pemilihan buku: kebanyakan mahasiswa khususnya mahasiswa kedokteran merasa waktu untuk tidur relatif kurang. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mempelajari seperti apa tidur yang efektif. Semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Amin ya Rabbal ‘alamin..
Rangkuman Isi
Rahasia Tidur Orang-Orang Sholih
Tidur sudah menjadi rutinitas harian kita, juga merupakan kebutuhan mendasar dalam hidup kita seperti halnya makan dan minum. Dengan tidur, sel-sel yang digunakan ketika kita beraktifitas seharian akan mengalami istirahat dan perbaikan. Oleh karena itu, tidur dapat dikatakan sebagai kelemahan manusia, dan karunia serta tanda kekuasaan Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.” (Ar-Rum [30] : 23)
Di saat kebanyakan orang terlena dan berlebihan dalam tidur mereka, orang-orang shalih memanfaatkan malam hari untuk menghiasi kehidupan ini. Mereka mempunyai pandangan yang berbeda tentang masalah tidur. Bila kita cermati cara pandang tersebut, kita akan menemukan hal-hal yang luar biasa dan menakjubkan. Malam tidak mesti identik dengan istirahat dan tidur pulas dengan kasur dan bantal yang empuk. Coba kita cermati nasihat yang disampaikan Ahmad bin Hanbal ra. Kepada putranya, saat ia ditanya, “Wahai ayah, kapan kita akan istirahat?” Ia menjawab, “Anakku, kita tidak akan istirahat sampai nanti kita pijakkan langkah pertama kita di surga.” 1)
Malik bin Dinar berkata, “Seandainya aku bisa untuk tidak tidur, tentu aku tidak akan tidur. Tetapi tidur adalah tabiat yang pasti ada.” Orang-orang pun bertanya kepadanya, “Mengapa Anda menganggapnya seperti itu?” Ia menjawab, “Aku takut malaikat maut datang kepadaku, sementara aku dalam keadaan tidur.” 2)
Umar bin Khattab ra. Berkata, “Kapan aku akan tidur? Bila aku tidur di siang hari, maka aku menelantarkan rakyatku. Dan bila aku tidur di malam hari, maka aku menelantarkan diriku.”
1)Al-A’mal bil Khowatim, Sa’d bin Sa’id Al-Hujri, Darul Wathin, 1417 H, hal. 148.
2)Ibid, hal. 44.
Dengan durasi waktu yang amat minim, mereka mampu mewarnai sejarah melalui ratusan jilid kitab. Itu semua rata-rata mereka raih di waktu malam, di saat orang lain terlelap tidur. Bila kita bandingkan dengan hasil penelitian ilmiah akhir-akhir ini, maka akan kita dapati sesuatu yang berlainan. Menurut penelitian modern, kurang tidur atau justru kebanyakan tidur beresiko terhadap kesehatan jantung. Wanita yang tidur kurang dari 5 jam setiap malamnya, ternyata memiliki risiko lebih tinggi 39% terkena penyakit jantung dibandingkan wanita yang tidur 8 jam. Sedangkan wanita yang tidur kurang dari 6 jam memiliki risiko lebih tinggi 18% terkena sumbatan arteri. Yang jadi pertanyaan sekarang, akankah penelitian ini mutlak kebenarannya? Akankah realita sejarah orang-orang sholih hanya berlaku bagi mereka saja, sedangkan kita hanya puas dengan membaca dan mendengar kisah hidup mereka? Di manakah posisi kita di antara mereka?
Untuk mendapatkan tidur yang optimal, mari kita coba untuk mengambil pelajaran dari cara tidur Nabi Muhammad saw, yang seharusnya dihindari menjelang tidur, yang seharusnya dilakukan menjelang tidur, yaitu sebagai berikut:
  1. Menghindari banyak makan dan minum sebelum tidur.
Hal tersebut akan menyebabkan tidur yang lelap, sehingga kehilangan kesempatan emas untuk meraih kemuliaan dan pahala. Rasulullah telah menjelaskan kadar dan ukuran makan dan minum yang ideal. Dari Miqdam bin Ma’di Karbi ra. bahwasanya Nabi saw bersabda:
“Anak cucu Adam tidak memenuhi sebuah wadah yang lebih buruk dari perutnya. Cukuplah bagi anak cucu Adam makan makanan yang bisa menegakkan tulang punggungnya. Jika tidak memungkinkan, maka sebaiknya sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk udara.” (Tirmidzi)
  1. Tidak berlebihan dalam menyediakan tempat tidur dengan maksud bersenang-senang dengannya. Bukan melarang untuk menggunakan fasilitas tidur yang nyaman, tapi hal ini lebih berfungsi sebagai upaya kita agar diberi kemudahan untuk lekas bangun. Dari Ibnu ‘Abbas ra. Bahwasanya ‘Umar bin Khattab ra. pernah menemui Rasulullah saw yang tengah tidur di atas tikar yang kasar, hingga membekas pada pinggang beliau. Lantas ‘Umar berkata, “Wahai Nabiyullah, bagaimana kalau saya memberikan alas tidur yang lebih empuk dan bagus daripada ini?” Beliau menanggapinya, “Apa arti dunia bagiku. Aku dan dunia tak ubahnya seperti musafir yang berkendaraan dan berjalan di hari yang amat panas, lantas aku berteduh sejenak di bawah pohon, lalu pergi meninggalkannya.”(Ahmad).
  2. Menghindari tidur dengan posisi tengkurap.
Cara tidur semacam ini tidak baik untuk kesehatan dan dibenci Rasulullah saw. Abu Dzar pernah mengatakan, “Nabi saw pernah melewatiku, sementara aku sedang berbaring tengkurap. Kemudian beliau mendorongku dengan kaki beliau seraya bersabda:
Wahai Junaidib (julukan Abu Dzar), sesungguhnya ini adalah cara berbaring penduduk neraka. (Ibnu Majah)
  1. Menghindari tidur di atap tanpa pengaman. Ini adalah salah satu perhatian Islam untuk keselamatan pemeluknya dari hal-hal yang membahayakan. Sebab saat tidur, seseorang tidak mengetahui dan menyadari apa yang terjadi di sekitarnya. Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang bermalam di atas atap rumah yang tidak memiliki pembatas (pengaman), maka ia terlepas dari tanggungan Allah.” (Abu Dawud)
  2. Jangan berniat menzhalimi atau berbuat dosa ketika bangun tidur
  3. Menghindari senda gurau dan perbuatan sia-sia sebelum tidur, karena menyebabkan hati menjadi mati dan lalai.
  4. Bersegera untuk tidur. Dari Abu Barzah Aslami ra, bahwasanya Nabi saw gemar mengakhirkan sholat isya’, membenci tidur sebelum sholat Isya’, dan berbincang-bincang sesudahnya. (Bukhari). Hal ini untuk mencegah kita luput dari sholat Isya’, qiyamul lail, dan Subuh.
  5. Tidur dalam keadaan suci. Dari Ibnu ‘Abbas ra. bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Sucikanlah badan kalian, niscaya Allah akan menyucikan kalian. Tidaklah seorang hamba yang bermalam dalam keadaan suci, melainkan ia bermalam bersama malaikat dalam pakaiannya. Dan, tidaklah ia bergerak sesaat di malam itu, melainkan malaikat itu mendo’akannya, ‘Ya Allah, ampunilah hamba-Mu ini, karena ia telah tidur dalam keadaan suci’.” (Thobroni dalam kitab Al-Ausath dan Al-Albani menghasankannya dalam Shohihul jami’). Abdullah bin ‘Amru bin ‘Ash mengatakan, “Ruh-ruh diangkat ke langit tatkala tidur, kemudian diperintahkan bersujud di sisi ‘Arasy. Adapun ruh yang dalam keadaan suci ia bersujud di depan ‘Arasy; sedangkan yang tidak bersuci, sujud di tempat yang jauh darinya.”
  6. Bertaubat sebelum tidur dan menghilangkan perasaan dengki kepada sesama muslim.
  7. Tidur ketika benar-benar merasa ngantuk.
  8. Menulis wasiat kepada seseorang yang hendak diberi wasiat. Ibnu ‘Umar ra meriwayatkan dari Nabi saw bahwasanya beliau bersabda: “Tidak hak bagi seorang muslim yang memiliki sesuatu yang hendak ia wasiatkan, kemudian ia bermalam dua hari, kecuali wasiat itu telah ia tulis di sisinya.” (Bukhari-Muslim
  9. Tidur dengan cara miring ke kanan. Dari Baro’ bin ‘Azib ra, ia berkata, “Rasulullah saw bersabda kepadaku: “Apabila kamu hendak tidur, makan berwudhulah seperti wudhu untuk sholat, lalu berbaringlah dengan bertelekan pada bagian tubuh sebelah kanan. (Bukhori). Ibnul Qoyyim ra menjelaskan kepada kita tentang hikmah dianjurkannya tidur dengan miring ke kanan, bahwa hati manusia tergantung di sisi sebelah kiri, jika seseorang tidur miring ke kiri, maka tidurnya akan menjadi pulas sebab hati berada dalam istirahat total, sehingga akan terasa berat untuk bangun. Ini lebih bermanfaat bagi jasmani, maka itu disarankan oleh para dokter. Namun bila tidur dengan miring ke kanan, maka tidur tidak akan terasa berat dan tidak terlelap, sebab hatinya merasa tidak tenang dan ingin sekali mirin ke kiri, sehingga lebih mudah untuk bangun. Ini lebih bermanfaat bagi hati (ruhani) maka syariat menyarankan demikian.
  1. Menggunakan celak. Jabir bin ‘Abdillah, ia meriwayatkan bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Hendaklah kalian menggunakan itsmid sebagai celak sebelum tidur. Karena itsmid dapat mempertajam pandangan mata dan dapat menumbuhkan bulu mata.” (Abu Dawud dan Ibnu Majah).
  2. Membersihkan tempat tidur. Diriwayatkan dari Abu Huroiroh ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Apabila salah seorang dari kalian beranjak ke pembaringannya, maka hendaklah ia kibaskan kasurnya dengan bagian dalam sarungnya, karena ia tidak tahu apa yang ada di atas kasur sepeninggalannya.” (Bukhori-Muslim).
  3. Berzikir dan berdoa menjelang tidur. Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang duduk di tempat duduk tanpa berzikir kepada Allah, maka ia tercela di sisi Allah. Barangsiapa yang berbaring di tempat pembaringan tanpa berzikir kepada Allah, maka ia tercela di sisi Allah.” (Abu Dawud). Berikut ini adalah di antara wirid menjelang tidur yang diajarkan oleh Rasulullah, namun maaf tidak disebutkan detail hadis dan perawinya, dikarenakan amat panjang. Bisa dilihat di buku yang telah ada datanya di atas.
a.Membaca surat Al-Ikhlas dan mu’awwidzatain (Al-alaq dan An-Nas), lalu meniupkannya ke pertemuan telapak tangannya, mengusapkan kedua telapak tangannya ke sekujur tubuh bagian depan (yang terjangkau) dan beliau mengulanginya sebanyak tiga kali (dari Aisyah ra).
b.Membaca ayat kursi
c.Membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah
d.Membaca surat Al-Mulk dan As-Sajadah.
e.Membaca doa: “Ya Allah, Engkaulah yang telah menciptakan diriku, Engkau pulalah yang mewafatkannya. Di tangan Engkau hidup dan matinya. JIka Engkau membiarkan hidup, maka peliharalah diriku. Jika Engkau mewafatkannya, maka ampunilah diriku. Ya Allah, aku meminta kesehatan kepada-Mu.” (Muslim)
f.Membaca doa: “Ya Allah, lindungilah aku dari adzab-Mu pada hari Engkau membangkitkan hamba-hamba-Mu.” sebanyak tiga kali (Abu Dawud)
g.Membaca doa: “Ya Allah, dengan nama-Mu aku mati dan hidup kembali.” (Bukhori-Muslim)
h.Membaca takbir 33 kali, tasbih 33 kali, dan tahmid 33 kali.
i.Membaca doa: “Ya Allah, Rabb yang menguasai langit dan bumi, Rabb yang menguasai ‘Arasy yang agung, Rabb yang mebelah biji tanaman dan buah-buahan, Rabb yang menurunkan Taurat, Injil, dan AlQuran. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan segala makhluk jahat yang Engkau memegang ubun-ubunnya. Ya Allah, Engkaulah Yang Maha Awal, tiada sesuatu sebelum-Mu, Engkau Yang Maha Akhir, tiada sesuatu setelah-Mu, Engkau yang Maha Zhohir tiada sesuatu di atas-Mu, Engkau Maha Batin tiada sesuatu di bawah-Mu, lunasi hutang kami dan berilah kekayaan kepada kami hingga terlepas kefakiran. “ (Muslim).
j.Membaca doa: “Segala puji bagi Allah yang telah memberi kamo makan dan minum serta telah memberi kami kecukupan dan tempat yang teduh. Sementara berapa banyak orang yang tidak memiliki Dzat yang mampu memberi kecukupan dan tempat yang teduh.” (Muslim).
k.Membaca doa: “Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepada-Mu, aku menyerahkan urusanku kepada-Mu, aku menghadapkan wajahku kepada-Mu, dan aku menyandarkan punggungku kepada-Mu. Sesungguhnya tiada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari ancaman-Mu kecuali kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab yang telah Engkau turunkan serta nabi yang telah Engkau utus.”(Bukhori-Muslim).
l.Membaca doa: “Dengan nama-Mu, ya Rabbi, kuletakkan tubuhku ini. Dengan pertolongan-Mu aku mengangkatnya. Kalau Engkau mencabut nyawaku ini, maka berikanlah rahmat-Mu kepadanya. Kalau Engkau membiarkan hidup, maka peliharalah dia sebagaimana Engkau menjaga hamba-hamba-Mu yang sholih.” (Bukhori-Muslim).
  1. Berzikir dan berdoa selepas tidur, yaitu : “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami kembali setelah kami mati dan kepada-Nya kami kembali.” (Bukhori) dan membaca 10 ayat terakhir dari surat Ali ‘Imran (Bukhori).
  2. Segera berwudhu selepas tidur, “Apabila salah seorang dari kalian tidur maka setan akan mengikat ujung kepalanya sebanyak tiga ikatan dan ditulias pada masing-masing ikatan tersebut, ‘Tidurlah, malam masih panjang.’ Apabila ia terbangung dan mengucapkan zikir kepada Allah,maka terlepaslah satu ikatan. Jika ia berwudhu, maka terlepaskan dua ikatan. Dan apabila ia mengerjakan shalat, maka terlepaslah semua ikatan, sehingga ia terbangun di pagi hari dalam keadaan bersemangat dan bergairah. Jika tidak, pagi harinya ia akan merasa lesu dan malas.” (Bukhori-Muslim)
  3. Bersiwak selepas tidur. Dari Hudzaifah bin Yaman ra, ia berkata, “Ketika Nabi saw bangun untuk sholat malam-dalam riwayat Shohih Muslim, ketika Nabi saw bangun untuk bertahajud-, maka beliau membersihkan mulutnya dengan siwak.” (Muttafaqun‘alaih).
  4. Tidur siang, karena dapat melapangkan hati dan membantu terlaksananya qiyamul lail. Bagi kita mahasiswa, dapat diperluas juga makna tidur siang ini sebagai ‘memanfaatkan waktu yang ada untuk istirahat seefektif mungkin’, sehingga malamnya pun dapat dimanfaatkan untuk beribadah.
Penutup
Di akhir rangkuman ini, penulis ingin menegaskan atau menyimpulkan bahwa tidak selamanya lama waktu yang digunakan untuk tidur berbanding lurus dengan pemulihan kesegaran. Banyak faktor lain, dan faktor paling utama adalah ketenangan jiwa. Maka, jika ada nasihat, sisihkan uang jajan untuk disedekahkan, maka di sini penulis ingin menyarankan: sisihkan waktu malam untuk beribadah. Tentunya, beribadah itu dalam berbagai bentuk: shalat malam, mentadabburi al Quran, membaca buku pelajaran, dan masih banyak lagi. Insya Allah ketenangan jiwa sekaligus pemulihan kesegaran akan dirasakan. Firman Allah yang Maha Damai:
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram.” (Ar Ra’d 28)

Tidak ada komentar: